Minggu, 03 Juli 2022

Males Ngeblog?

Ting....ada sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel. Saya lirik, hanya ada nomor saja, tidak ada nama yang muncul. Saya berpikir, paling juga broadcast untuk nawarin produk. Ah..abaikan saja.

Namun entah kenapa, akhirnya saya buka juga. Ketika saya buka, mak deg. Ternyata dari makmin Gandjel Rel. Hohoho..*langsung tutup muka*. 

Beberapa waktu lalu, memang baca pengumuman di group Ganjel Rel. Ada lomba nulis di blog. Temanya Males Ngeblog. Hm...sebenernya ini saya banget. Hahaha. Ya iyalah. Punya blog entah dari jaman kapan, isi tulisan gak genap 10 jari.


Awal kenal blog, karena gabung di Komunitas IIDN semarang. Karena memang saya sebenernya hobi banget nulis. Sebelum ada blog, saya rajin banget kirim tulisan ke majalah. Ada beberapa yang dimuat, yang ditolak lebih banyak. Hahahahaa. 

Kalau hobi nulis, kenapa gak rajin ngeblog?ehm..sebenarnya kalau mau cari alasan, menurut saya kok seperti mencari kambing hitam. Bagi saya, kalau males, ya males aja. Gak perlulah nyari alasan ini itu. Saya nya yang memang males. 

Jujur, entah mengapa, saya lebih nyaman nulis secara konvensional. Ketik di Ms word, selesai, kirim via email. Sebenarnya tulisan saya di draft blospot banyak. Tapi ya gitu, gak sampai selesai. 

Biasanya yang sering bikin saya ciut nyalinya dalam ngeblog adalah, kemampuan grafis saya yang ya..gitu deh... hahaha. Selama ini, kalau membaca blog teman-teman, langsung mengkeret. Desain blognya keren-keren, fotonya bagus-bagus. 

Kenapa gak terus meng up grade diri? Ehm... sebenarnya selain di Gandjel Rel saya sudah ikut komunitas blogger pemula. Tapi ya gitu.. pasif banget. Awal-awal mungkin bisa mengikuti, tapi begitu tugasnya sudah sedikit menantang, Saya pasti terseok-seok. Hiks. 

Apakah niat dan tekad Saya kurang besar? Bisa jadi. Bagi saya, malas ya gak butuh alasan. Malas ya malas aja. Kalau alasan saya males ngeblog, karena sibuk ngelesi sampai malem, emak-emak yang lain yang lebih sibuk dari saya, buanyak, dan masih rajin ngeblog. Kalau alasan Saya karena urusan domestik, emak-emak yang lain juga sibuk, tapi masih sempat nulis di blog. Terus kenapa males? 






Minggu, 22 Agustus 2021

Happy Dengan Yummy App

PANDEMI MENGUBAH SEGALANYA

Tidak ada yang menyangka bahwa kehidupan akan berubah begitu cepat. Covid-19 telah mengubah segala sendi kehidupan manusia di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Emak-emak seperti saya,  mau tidak mau harus beradaptasi dengan keadaan yang ada.

Saya yang tadinya seneng banget ngobrol haha hihi di bawah pohon jati yang rindang saat menunggu anak pulang sekolah, sekarang cukup ber haha hihi lewat WA. Tadinya seneng banget cipika-cipiki kalau ketemu teman atau saudara, untuk sementara, tahaaan dulu. Cukup menangkupkan tangan didepan dada sambil tersenyum. Yang dulunya suka banget jadi suporter basket saat anaknya bertanding, sekarang cukup teriak-teriak di rumah melihat Greysiana dan April berlaga di olimpiade. Ya, semuanya memang serba dibatasi. Namun, bagaimana lagi? kita harus berjuang bersama-sama supaya pandemi cepat berlalu.

Anak-anakpun berjuang bersama orangtuanya untuk menghadapi pandemi ini. Mereka yang biasanya bermain bersama teman-temannya, mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa mereka harus menahan keinginan untuk bisa bermain bersama. Mereka siap tidak siapjuga  harus melakukan pembelajaran secara daring.

 

BELAJAR SECARA DARING

Dunia Pendidikan harus menyesuaikan diri ditengah pandemi ini. Sejak bulan Maret 2020, semua murid belajar secara online atau daring dari rumah. Mengubah kebiasaan saja, membuat para emak kalang kabut, lha ini, ditambah sekolah daring. Tidak pernah terpikirkan dibenak para emak saat mereka harus menjadi guru bagi anak-anaknya. Tidak terkecuali saya. Anak saya 3 dan semuanya harus sekolah secara daring. Mereka masih berada ditingkat Pendidikan dasar. Jadi, mau tidak mau saya harus mendampingi mereka untuk belajar. Mungkin kalau mereka sudah di tingkat SMP atau SMA, mereka sudah bisa belajar sendiri, tanpa harus diawasi orangtua. Walaupun sehari-hari saya adalah guru les, tapi pandemi ini juga ikut mebuat saya pusing tujuh keliling. Survey kecil-kecilan saya terhadap para orangtua murid, anak-anak lebih nurut kepada guru les dibandingkan dengan emaknya. Hahaha. Ternyata itu memang terbukti. Diawal pandemi, saya banyak menerima pesan melalui wa, “Ma, enak ya..bisa ngajari anak-anaknya. Bisa menyampaikan materi dengan baik ke anak-anak”. Saya hanya membalas pesan para emak tersebut dengan emoticon menangis. Karena…… memang tidak mudah menjadi guru bagi anak sendiri. Huhuhuhu.

Diakui atau tidak, menjadi guru bagi anak sendiri memang lebih menguras energi. Saat akan mulai menerangkan, diinterupsi oleh berbagai hal. “Ma, mau pipis dulu ya..” , “Ma, boleh ngemil sebentar? Adik lapar..” atau “Ma, boleh dilanjutkan nanti lagi?Kakak pengen istirahat sebentaaar saja..”  Kalau sudah begitu, kepingin rasanya cari guru les untuk mereka. Ku tak sanggup…..huhuhu

Oh iya, satu hal yang tidak terpikirkan oleh saya saat anak-anak belajar secara daring adalah urusan perut! Ini benar-benar diluar dugaan. Ternyata urusan perut memegang peranan penting dalam kesuksesan belajar secara daring.

 

“MA, ADA MAKANAN APA?”

Memasuki masa pembelajaran secara daring, tidak hanya menyiapkan mental dan stok sabar sebanyak-banyaknya untuk menjadi guru bagi anak-anak. Ternyata stok logistik juga harus aman. Entah mengapa, saat belajar di rumah, anak-anak merasa cepat lapar dibandingkan bila mereka belajar di sekolah. Menurut saya, porsi ngemil dan makan mereka bisa naik dua kali lipat. Pertanyaan-pertanyaan yang dulunya jarang mereka tanyakan, sekarang hampir setiap hari mereka tanyakan. “Hari ini masak, apa ma?”, “ Buat cemilan apa hari ini?”. Belum lagi kalau di tengah-tengah belajar, tiba-tiba mereka lari ke belakang. Kemudian terdengar suara lemari es dibuka, disusul teriakan “Ma, ada makanan apa?”.  Dalam sehari,anak-anak bisa bolak balik ke dapur berkali-kali. Pengen rasanya naruh jin iprit di dapur supaya mereka gak bolak-balik ke dapur.  Mungkin bagi para emak yang hobi masak, pertanyaan di atas tidak akan menjadi momok dalam kesehariannya. Bagi saya, pertanyaan-pertanyaan mereka sungguh membuat pening kepala. Bayangkan, saya yang skill masaknya masih nol putul harus menyediakan stok makanan bagi anak-anak demi suksesnya pembelajaran secara daring. Diawal-awal, saya masih rajin untuk membeli makanan dari luar , lewat aplikasi online. Tapi, lama kelamaan, saya juga bisa nangis di pojokan karena lihat saldo yang menipis. Padahal, pandemi juga sangat berdampak bagi keuangan keluarga. Mau tidak mau, suka tidak suka maka saya harus mulai untuk belajar memasak dengan tingkat yang sedikit lebih diatas nol putul. Hahaha.

 

CEMILAN MADE IN MAMA IMA

Kalau dulu cemilan andalan yang bisa saya buat adalah roti bakar,sosis bakar,bakso bakar yang hanya tinggal beli bahan, oles-oles margarin, panggang di pan jadi deh. Tanpa belajar dari media sosial, saya bisa melakukannya.   Tapi nampaknya anak-anak butuh variasi baru. Permintaan mereka sudah mulai yang aneh-aneh. “Ma, bagaimana kalau besok mama buat tahu isi. Mbak Debi suka banget tahu isi seperti di kantin sekolah”, “ Ma, kayaknya kalau mama bikin donat, enak deh. Coba besok mama bikin donat”, atau “Ma, sudah lama kita nggak makan mie ayam, coba bikin yuk ma!” Hmmm…andaikan punya teko ajaib seperti Aladdin, saya tinggal gosok-gosok tekonya, kemudian cliiing… makanan pesanan anak-anak semua tersedia. Tapi sayaaang…saya hanya punya 1 teko yang tidak ajaib dan hanya bisa dipakai untuk membuat teh. Baiklah, dengan tekad dan niat yang bulat, saya akan memenuhi permintaan anak-anak. Itung-itung ini sebagai penanda naik level dalam dunia masak memasak. Mulailah saya berselancar di dunia maya untuk mencari resep-resep masakan. Mencari resep yang pas,  seperti mencari jarum di tumpukan Jerami. Hufft.

Tidak semudah itu ternyata. Sempat terbersit di pikiran saya, andaikan ada aplikasi penyedia resep-resep masakan yang lengkap dan mudah digunakan emak-emak seperti saya yang males ribet. Akhirnya, cemilan pertama yang bisa saya buat adalah tahu isi.

 Hahaha. Bolehlah ya bangga. Yang penting, kata anak-anak, “Enak Ma!”. Nah, kata-kata terakhir ini yang menjadi penyemangat saya untuk mencoba membuat cemilan bagi mereka.

 

MAMA, MBAK DEBI, DAN YUMMY APP

Setelah berhasil dengan misi yang pertama, bersiap untuk misi selanjutnya. Daftar makanan dari anak-anak yang akan dieksekusi sudah berderet. Mulai dari donat kentang sampai fuyunghai siap dieksekusi. Tinggal emaknya yang bingung mau pakai resep yang mana. Untunglah, sejak 1 bulan terakhir saya mengenal yummy app. Saya bisa mencari segala macam resep masakan permintaan anak-anak. Aplikasi ini semacam kantong doraemon bagi saya.  

Saat saya sedang mencari resep, Mbak Debi,anak perempuan pertama, menghampiri saya,” Ma, lihat resep dimana?” Saat saya menyodorkan telepon genggam, dia berujar

 “ Loh, mama download yummy app juga? Mbak Debi juga lho!” lanjut dia sambil menunjukkan yummy app di telepon genggamnya.

“Lho? Mbak debi tau tho ada aplikasi ini? Balas saya.

 “Ya ampun Ma… tahu laah.. Mbak Debi itu lihat resep-resep masakan korea dari yummy” hahaha… Yang terjadi selanjutnya adalah kami berdua asik melihat resep-resep masakan di yummy app. Kemudian timbulah ide dari dia

,”Ma, bulan depan Mbak debi ulang tahun, kita masak bareng yuk!. Mbak debi cari resep nya di yummy. Nanti kita masak bareng”

 “Boleh Mbak, tapi….jangan yang susah-susah ya. Pening kepala mama kalau resepnya rumit-rumit”

   “Ini Ma, Mbak debi itu kepingin banget buat onigiri tuna. Gampang kok “ Lanjut Mbak Debi.

“Oke Mbak, nanti kita siapkan bahan-bahannya ya..terus kita masak bareng!”.


Kemudian kami berdua asyik mendiskusikan berbagai resep masakan  di Yummy app yang kira-kira sanggup saya eksekusi. hahaha.  Siapa sangka, dari sebuah aplikasi, saya dan Mbak Debi  bisa menjalin bonding yang lebih kuat lagi. 

 

REVIEW APLIKASI YUMMY APP


Aplikasi ini cocok banget untuk emak-emak yang males ribet. Tenang saja, bahkan untuk emak-emak yang mengaku gaptek, dijamin bisa menggunakan aplikasi ini. Karena sayayang gaptek bisa dengan mudah menggunakannya.  Yummy app ini sangat user friendly. Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis. Cucok kan ya? Sebagai pengguna android, saya mengunduh yummy app di playstore.

Setelah mengunduh aplikasi, kita bisa langsung menggunakannya. Banyak fitur – fitur menarik pada aplikasi ini. Kalau favorit saya sih fitur masak. Fitur ini terdapat pada bagian bawah aplikasi. Dalam fitur masak, kita bisa memasak dengan menyesuaikan bahan yang ada di lemari es. Cocok banget dengan saya yang selama pandemi hanya belanja di tukang sayur. Saat kita sudah berencana masak apa, eh…di tukang sayur habis. Alhasil ya saya beli sayuran dan lauk yang tersedia di tukang sayur. Setelah belanja, langsung buka yummy app, langsung deh masukkan bahan-bahan yang kita miliki. Setidaknya mengurangi kepeningan saya untuk urusan masak-memasak. 


Ada fitur yang menurut saya bakal jadi idola emak-emak, yaitu fitur budget. Kita tinggal ketikkan  "resep masakan" pada fitur pencarian di homepage yummy app. Kemudian klik filter. Kita bisa melihat banyak sekali pilihan yang bisa dipilih. Tinggal klik sesuai yang kita butuhkan. praktis dan menyenangkan. tinggal sesuaikan dengan budget yang ada. Gak ada alasan lagi untuk boros, yakan? 


 Oh iya, untuk para emak yang cinta banget dengan dunia masak, bisa juga berbagi resep lho. Ada fitur tulis resep bagi yang senang berbagi resep.  Saya sempat melongok fitur ini. Ternyata sudah ad acara petunjuk untuk menulis resep lho! Tinggal masukkan step-stepnya pada kolom-kolom yang sudah ada. Gampang banget. Dijamin gak bikin pening. 

Kalau untuk para emak yang mau jualan, ada juga resep ide jualan. Atau untuk yang mencari menu sehat selama pandemi, di yummy app juga ada lho. Tuh kan, bener kata saya. Seperti kantong ajaibnya doraemon. Mau apa? semuanya ada! Selamat masak emak-emak!!

 

 

Sabtu, 07 Agustus 2021

Niat Nulis

 Ternyata, niat saja tidak cukup. Butuh tekad dan kemauan keras untuk mengeksekusinya. Setiap ada kelas ngeblog, hanya bisa menatap dengan nanar. Kepingin ikut, tp apadaya, postingan di blog, baru 3 judul. 

Sampai akhirnya, kemarin, Bu Ketua IIDN yang notabene adalah temen SMA dulu, wa saya. Ada training blog untuk pemula. Wah... langsung semangat untuk bisa ikut kelasnya. Apalagi dimentori langsung oleh ketua.. Siapkan niat dan tentu saja tekad. 

Dengan semangat 2021, saya buka gform yang dikirimkan via wa. Tapi...ternyata tidak semudah  itu fergusoooo. Saya lupa email untuk login. Padahal dalam kelas ngeblog nanti, kita diminta untuk memposting tulisan. 

Ditengah hiruk pikuk pembelajaran online anak-anak, saya berusaha mengingat email dan password. Huhuhu... tidak berhasil. Sempat terlupakan akan ada pelatihan blog. Sampai akhirnya di japri Bu Ketua, "jadi ikut gak?". 

DEG Iya ya... katanya pengen ikut kelas nulis. Tapi...lupa mengingat email saja, bikin patah semangat. Akhirnya pakai segala cara untuk mengingat email dan password.  Dan hasilnya...taraaaaa.... berhasiiiil.... walopun sudah lewat tengah malam. Maklum lah ya, mamak-mamak baru bisa selonjor lewat tengah malam . 


Segera saya kirim gform, dan siap mengikuti kelas ngeblog untuk pemula. Yaaaa.


Semoga saya beruntung

Minggu, 08 Juni 2014

Muncul Lagi

Wuiiih... hampir 1 tahun gak nengok-nengok blog.  kalo kata mak uniek, sampe blog e sawangen. (melipir sambil tutup muka.malu). Ya wis, mulai hari ini saya mulai bersih-bersih sawang atau sarang laba-laba yang menghuni blog.  hihihi.
Entah kenapa, malesnya kok gak ilang-ilang dari dulu.  Yang jadi kambing hitam adalah 2 makhluk kecil penghuni rumah yang menyita hampir separuh waktu saya. Pagi sampai pak Luke pulang kerja, kayaknya kerjaan gak kelar-kelar.  Giliran nak-kanak sudah merem, mak nya wis teler. Mau buka laptop, kalah sama ngantuknya.Sebenernya malu sama mak-mak yang kerja, ngurus keluarga juga, tapi rajin banget posting di  blog.  energinya kok gak habis-habis ya?
Oh ya, selain males, saya itu sebenarnya gak pede mau nulis di blog.  lha kalo lagi baca-baca blog yang lain, isinya keren-keren.  selain itu, sudah canggih-canggih.Tampilannya baguuuus.  lha saya, masih nunak nunuk sering salah nge-klik, suka bingung, jadinya belum-belum sudah kalah perang. *sigh*. Minder to the max ceritanya.
Cuman..kalo gak dimulai, kapan majunya ya???

Selasa, 17 September 2013

Tes..Tes..Tes..

    Akhirnya memberanikan diri buat nulis di Blog.  Berani? berarti selama ini takut? ehm...bukan takut sih, tapiiii MALES!! hahaha.  itu yang lebih tepat. Malas.  Sudah pernah punya blog sekitar tahun 2003-an, tapi ya sama saja. Mangkrak!Sekitar bulan April kemarin, bikin lagi.  sempat bersemangat.. tapiiii..maleees lagi.
     padahal kalo lagi blogwalking ke blognya teman-teman, suka iri.  iih.. blog nya keren-keren. Tulisannya baguuus. Apalagi kalo ada yang menang lomba nge-blog, makin menjadi-jadi irinya. Tapi ya... sebatas itu ajah.  Sebenarnya saya sudah melakukan berbagai cara untuk mengobarkan semangat menulis saya yang byar pet ini.  Ikutan lomba menu lis, sudah. menang? ada sih beberapa. yang gak menang lebih banyak.  Gabung dengan komunitas Ibu-IbuDoyan Nulis di Semarang (walaupun sering bolos kopdar), atau ikut kelas menulis online, gue jabanin juga! tapiii.. malesnya teteeep aja ngendon gak mau keluar-keluar.  beberapa kali di sentil sama teman-teman komunitas penulis, tapi... tetep aja ndableg. Sampai suatu hari, saya membaca sebuah kalimat di salah satu blog (saya lupa namanya), " Lebih  baik menulis jelek daripada tidak menulis sama sekali"  JLEB. Langsung ke hati!
      Jujur saja, salah 1 komponen rasa malas untuk menulis adalah, takut tulisan yang saya buat tidak berkualitas. Tulisannya biasaaaa banget. Gak ada istimewanya sama sekali.  setelah baca quote itu, jadi timbul sedikit (masih aja sedikit) semangat untuk menulis. Oke saya memulai semangat saya yang masih sedikit ini dengan mulai menulis di blog.  gak usah mikir bkin cantik blog dulu deh. yang penting, nulis dulu. okesip!! semangaaaat